Rasul
merupakan laki-laki utusan Allah, dengan tugas menyampaikan syariat (Risalah)
yang berisikan akidah, syariah, dan mu’amalah bagi segenap manusia. Risalah itu
menjadi panduan untuk membina hubungan antara manusia dengan penciptanya (hablumminallah)
dan pedoman dalam menjalin hubungan antara manusia dengan manusia lainnya (hablumminannas).
Selain itu, risalah juga mengatur tentang hubungan manusia dengan
alam/lingkungannya.
Tugas mulia kerasulan itu, tidak serta merta diterima oleh manusia. Mereka mengingkari ajakan rasul, memperolok-olok bahkan melemparkan tuduhan-tuduhan mungkar terhadap rasul. Pada beberapa kasus keturunan Bani Israel, mereka sampai melakukan pembunuhan kepada para utusan Allah. Perilaku keji itu sentiasa diterima oleh para rasul sejak Nabi Nuh as sampai Nabi Muhammad Saw. Hanya mereka yang condong hatinya kepada kebenaran sajalah yang diselamatkan dan diberi hidayah oleh Allah Ta’ala.
Terhadap kerasulan Nabi Muhammad Saw, manusia paripurna yang diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, itupun mendapatkan tantangan yang amat keras. Penolakan yang dilakukan oleh kerabatnya sendiri, para pemuka kaum kafir Quraisy, mulai dari penolakan risalah, tuduhan-tuduhan mungkar, bahkan perencanaan pembunuhan kepada Nabi Muhammad Saw. Peperangan kafir Quraisy dengan umat Islam merupakan bukti nyata keinginan para pembangkang Tuhan untuk melenyapkan utusan Allah. Mereka tidak menyadari bahwa pengingkaran mereka kepada rasul merupakan pembangkangan mereka kepada Allah, sang penguasa jagad raya yang telah memberi titah kepada manusia pilihan-Nya.
Dalam tulisan ini, penulis hendak menjelaskan ada tiga bentuk tuduhan mungkar para kafir Quraisy atas kerasulan Muhammad Saw. Tuduhan mungkar itu adalah tuduhan bahwa Muhammad Saw sebagai ahli sihir, Muhammad Saw sebagai penyair dan Muhammad Saw seorang yang gila. Na’udzubillahimindzalik. Tuduhan-tuduhan itu dibantah oleh Allah Ta’ala, dzat yang telah memberi titah, bahwa tuduhan-tuduhan keji itu tidaklah benar sekalipun di antara tuduhan-tuduhan itu ada pertanda pengakuan atas kehebatan Rasulullah Saw.
Dalam perspektif budaya, dua tuduhan mungkar kafir Quraisy dapat dikategorikan sebagai pengakuan atas kehebatan rasul, yakni pengakuan ahli sihir dari kafir Quraisy bahwa Nabi Muhammad Saw itu seorang ahli sihir dan pengakuan sastrawan kafir Quraisy bahwa Nabi Saw seorang penyair. Sementara itu, tuduhan ketiga sangatlah mungkar dan keji yakni tuduhan bahwa Nabi Saw seorang yang gila. Pembelaan Allah Ta’ala terhadap tuduhan-tuduhan itu menandakan bahwa para utusan Allah benar-benar kandidat yang dipilih langsung oleh Allah, bukan pesuruh dari yang lain. Apa saja yang dikatakan oleh para utusan, termasuk Nabi Muhammad Saw, merupakan petunjuk dan arahan dari Allah.
1. Pengakuan Ahli Sihir
Sihir merupakan kebudayaan umat manusia yang dapat melakukan hal-hal ghaib di luar nalar manusia. Pada masa lampau, sihir sangat diagungkan oleh masyarakat jahiliyah yang tidak beriman kepada Allah Ta’ala. Tukang sihir (ahli sihir) mendapatkan tempat mulia di sisi penguasa purbakala. Demikian pola pikir masyarakat pada waktu itu. Kehebatan tipu muslihat tukang sihir, telah menjadi senjata handalan para musuh Allah Swt untuk melawan para rasul-Nya. Termasuk apa yang dilakukan oleh Fir’aun dengan tukang sihirnya untuk menentang Nabi Musa as, ahli tenung gereja Dewa Amun pada masa Nabi Yusuf as yang dengan sihirnya dapat menakwilkan mimpi-mimpi dengan bantuan syaithan, kecuali mimpi Raja Mesir yang tak sanggup mereka takwilkan. Sungguh banyak kisah ahli sihir ini disampaikan dalam al-Quran. Pada akhirnya, kenabian dan kerasulan para utusan allah diukur oleh masyarakatnya (umatnya) dengan kemampuan mistis yang dimiliki oleh nabi dan rasul itu.
Mu’jizat Nabi Musa as menghidupkan orang mati, mendatangkan hidangan dari langit, membelah lautan, tongkatnya jadi ular, dan tangannya yang putih ketika dikeluarkan dari ketiaknya, dianggap sihir oleh para penentang kerasulannya. Kisah Nabi Musa as banyak tersebar dalam al-Quran, dan yang berkaitan dengan kata-kata sihir terdapat diantaranya dalam QS. al-A’raf: 104-122 dan QS. Yunus: 76. Nabi Isa as dalam QS. Al-Maidah: 109-110, yang memiliki mu’jizat menghidupkan orang mati, menerangkan makanan dan minuman yang disimpan di rumah orang lain, menyembuhkan berbagai penyakit bawaan juga dianggap sebagai sihir. Tidak terlepas juga nabi Muhammad saw dengan kitab suci al-quran dianggap sebagai kitab sihir dan nabi dijuluki sebagai ahli sihir. Banyak lagi kisah para nabi dan rasul allah swt yang diminta untuk memperlihatkan tanda-tanda kerasulannya melalui kekuatan megis, namun ketika nyata kebenaran kerasulan mereka, malah umat penentang menyebutkan semua mukjizat itu sebagai sihir.
Al-Quran surat al-Baqarah: 102 menjelaskan tentang sihir, bahwa sihir itu diajarkan oleh syaithan. Kemudian pada masa kerajaan Sulaiman, sihir diajarkan oleh syaithan dan dua orang malaikat, yaitu harut dan marut di negeri Babilonia. Syaithan mengajarkan sihir kepada manusia supaya manusia kafir, sementara dua orang malaikat yang mengajarkan sihir itu merupakan cobaan bagi masyarakat Babilonia, karena dikatakan sebelum dua orang malaikat itu mengajarkan sihir mereka menyampaikan bahwa sesungguhnya mereka diutus ke negeri Babilonia sebagai cobaan saja bagi masyarakat, karena itu masyarakat jangan sampai kafir kepada Allah Ta’ala.
Tuduhan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai ahli sihir dapat dilihat pada QS. al-An’am: 7-8, sebagai berikut: “Dan kalau Kami turunkan kepadamu (Muhammad) tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir itu berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata” dan mereka berkata “mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?” dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentulah selesai urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun)”.
Selanjutnya, Tuduhan bahwa Nabi Muhammad Saw sebagai tukang sihir juga terdapat dalam QS. Yunus: 2, “Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: “Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka”. Orang-orang kafir berkata: “Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata”.
QS. Hud: 7, “dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”.
Berdasarkan
beberapa ayat al-Quran yang disampaikan di atas bahwa ada dua poin penting yang
perlu dipahami bahwa (1) sesungguhnya orang-orang kafir yang mengatakan kehebatan
yang diperbuat rasul merupakan sihir. Layaknya sebuah pengakuan seseorang
dikatakan penyihir jika ia mampu melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat
dilakukan oleh ahli sihir. Dalam hal ini, mereka mengakui para nabiyullah
sebagai penyihir, berarti kemampuan megis para nabi dan rasul menyamai ahli
sihir dari golongan manusia. Bahkan kemampuan nabi dan rasul jauh mengungguli
kemampuan yang dimiliki oleh ahli sihir pada waktu itu. (2) Allah Ta’ala
membantah bahwa kemampuan luar biasa yang dilakukan oleh nabi dan rasul-Nya,
bukan sihir melainkan itu adalah tanda-tanda yang nyata (kebenaran) dari Allah,
Tuhan Semesta Alam, sebagai pembenaran dari kerasulan mereka.
2. Pengakuan Penyair
Penyair merupakan orang yang ahli bermain kata-kata, yang dengan kata-katanya yang indah mampu mempengaruhi perasaan dan pikiran orang lain. Arab jahiliyah sangat mengagungkan syair. Mereka yang ahli syair memiliki strata sosial yang tinggi di tengah masyarakat. Menurut ahli sejarah, bangsa Arab menjadikan budaya lisan sebagai pelestarian tradisi. Salah satu budaya lisan itu adalah syair. Syair dapat berupa ungkapan perasaan, pikiran, pengetahuan dan pengalaman hidup.
Masyarakat Arab jahiliyah telah menggunakan syair sebagai alat propaganda pada masa perang antar suku. Dalam sejarah dikenal dengan ayyamul arab, yaitu hari-hari bangsa arab yang diliputi oleh peperangan antar suku. Syair digunakan untuk membangkitkan rasa kesukuan dan juga sebagai alat untuk menyerang pihak lawan. Pada suatu tempat, yang dikenal dengan pasar Ukadz, menjadi tempat khusus untuk kegiatan membuat dan membacakan syair-syair di depan umum. Di antara syair-syair yang terpilih kemudian digantungkan di dinding Ka bah sebagai bentuk apresiasi yang biasa disebut muallaqat (Hakim, 2003:17-18). Demikian masyarakat arab jahiliyah memberikan kedudukan mulia bagi seorang ahli syair/ penyair.
Nabi Muhammad Saw diutus kepada masyarakat yang telah mengenali ilmu pengetahuan dan telah memiliki peradaban yang lebih maju dibandingkan dengan masa-masa rasul terdahulunya. Kemukjizatan Nabi Muhammad Saw tidak lagi berkutat pada kekuatan megis seperti ahli sihir, melainkan juga mesti menandingi kesastraan bangsa Arab jahiliyah dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, al-Quran merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw yang mencakup dan melebihi semua aspek peradaban manusia pada waktu itu. Al-Quran memiliki gaya bahasa melebihi gaya bahasa yang ada pada syair para penyair, sehingga al-Quran mengungguli kitab-kitab syair yang telah ada. Kelebihan itulah yang mendorong orang-orang kafir menuduh bahwa Nabi Muhammad Saw seorang penyair dan al-Quran itu merupakan karya syairnya. Dengan demikian, tuduhan ini mengindikasikan bahwa mereka mengakui kebenaran yang dibawa oleh rasululllah saw, benar-benar hebat melebihi kitab-kitab syair, sehingga dorongan hawa nafsu kafir Quraisy memberikan tuduhan itu kepada rasulullah.
Kita dapat menelusuri kisah tuduhan ini dalam al-Quran surat al-Haqqah: 40-52, QS. Al-Anbiya: 5, QS. Asy-Syu’ara: 224-227, QS. Ash- Shaffat: 35-37, dan QS. Ath-Thuur: 29-30. Meski tuduhan itu dapat dinilai sebagai pengakuan kehebatan al-Quran dan kemukjizatan Nabi Muhammad Saw, namun Allah Ta’ala membantah tuduhan itu. Pembelaan ini sangat diperlukan dengan alasan bahwa al-Quran merupakan kebenaran yang datang dari Allah untuk pedoman hidup bagi alam semesta. Bukan bikinan para penyair yang pandai berbicara namun penyair itu kebanyakan membolak-balikan kata, pandai bermain kata-kata, namun tidak mengerjakan apa yang dikatakannya itu. Dengan begitu, syair yang dihasilkan oleh para penyair itu tidak lain hanyalah kebohongan belaka. Oleh karena itu, al-Quran tidaklah sama dengan kitab syair, dan Muhammad Saw bukan seorang penyair.
Dalam QS. Asy- Syu’ara: 224-227 dijelaskan bahwa penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat, penyair suka bermain kata-kata, tidak mempunyai tujuan yang baik, tidak berpendirian, tidak mengerjakan apa yang dikatakannya.
Adapun pembelaan allah ta’ala terhadap tuduhan orang-orang kafir bahwa nabi Muhammad saw adalah penyair, dapat ditampilkan pada ayat berikut ini: QS. al- Anbiya: 5, “Bahkan mereka berkata (pula): “(al-Quran itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus”.
Dalam
QS. Al- Haqqah: 40-52 dengan gamblang diijelaskan Allah Ta’ala bahwa
sesungguhnya al-Quran itu bukan hasil ramuan syair para penyair, dan Nabi
Muhammad Saw bukan sekali-kali seorang penyair. Allah memberikan jaminan bahwa
tidak satu katapun kata dan kalimat dari al-Quran itu lahir dari perenungan
Rasulullah Saw. Al-Quran itu merupakan kebenaran di atas segala kebenaran,
karena bersumber dari Allah yang Maha Benar. Bahkan kalau Rasulullah mencoba
untuk memasukan satu kata dari beliau dalam susunan al-Quran, maka Allah Ta’ala
akan melenyapkan (membinasakan) diri Muhammad, dengan dipotongnya tali
jantungnya. Demikian jaminan Allah atas keunggulan al-Quran dan rasul-Nya,
bahwa keduanya tidak ada kait-mengait dengan syair.
3. Pengakuan Para Kerabat Nabi
Pada umumnya, lawan para Nabi dan rasul Allah itu adalah kerabat dan kaumnya sendiri. Nabi Yusuf as, dimusuhi oleh saudara-saudaranya, Nabi Nuh as dimusuhi anak dan menantunya, Nabi Ibrahim dimusuhi bapaknya, Nabi Muhammad Saw dimusuhi paman-pamannya dan kerabatnya, dan para nabi dan rasul lainnya dimusuhi oleh kaumnya. Tampaknya telah menjadi takdirnya para nabi dan rasul dimusuhi oleh orang-orang terdekat mereka. Nabi Muhammad Saw bahkan dimusuhi habis-habisan oleh paman-pamannya dari suku Quraisy. Perang besar dalam Islam pada masa rasulullah, itu melawan pasukan kafir Quraisy yang dipimpin oleh paman-paman Nabi.
Permusuhan tersebut dilatari atas kesombongan yang ada pada orang-orang kafir itu. mereka merasa lebih pantas menjadi orang terpandang, bahkan untuk jadi rasul/ utusan Allah, ketimbang dari Muhammad. Kecongkakan itu membutakan mata hati dan syaithan menjadikan baik perbuatan mereka yang salah itu. api permusuhan dikobarkan kepada utusan allah, meski utusan itu adalah kerabatnya sendiri. Kafir-kafir quraisy telah melemparkan fitnah yang keji dan bahkan berupaya untuk membunuh nabi Muhammad saw. Di antara tuduhan yang keji itu adalah menyebarkan fitnah bahwa Nabi Muhammad Saw seorang yang hilang akal/ gila.
Tuduhan ini dapat dilihat pada beberapa ayat al-Quran, di antaranya QS. Ash- Shaffat: 35-37 dan QS. Ath-Thuur: 29-30. Kafir Quraisy telah mendapatkan keuntungan dari penyembahan terhadap berhala-berhala dari berbagai suku dan daerah, yang diselenggarakan di Ka’bah/Baitullah. Ketika rasul menyerukan hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah, maka akan berimbas pada keyakinan para penyembah berhala. Pada akhirnya, akan ada imbas atas keuntungan perniagaan yang selama ini dikuasai oleh orang-orang kafir Quraisy. Tentu saja, seruan hanya ada satu Tuhan dapat membayahakan posisi sosial mereka. Sehingga dengan kesombongan, mereka menyatakan bahwa Muhammad yang menyerukan tiada tuhan selain allah, hanya ada satu tuhan saja, itu tidak lain adalah orang yang gila.
QS. Ash-Shaffat: 35-37, “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri dan mereka berkata: “Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena seorang penyair gila?” sebenarnya Dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan Rasul-rasul (sebelumnya)”.
QS. ATH-THUUR: 29-30, “Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenun dan bukan pula seorang gila, bahkan mereka mengatakan: “Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya”.
Dari tiga tuduhan yang disampaikan di atas, tuduhan dari kerabat ini paling menyakitkan dan paling keji. Jika dua tuduhan sebelumnya masih tersimpan penghormatan dan pengakuan, namun tuduhan ketiga ini tidak ada lagi penghormatan melainkan dengan maksud merendahkan diri Nabi Muhammad Saw. Meski demikian, ketiga-tiga tuduhan itu sama-sama ditolak Allah Ta’ala karena Muhammad Saw bukan seorang penyihir, bukan seorang penyair dan bukan seorang yang hilang akal. Nabi Muhammad Saw dan Risalah yang dibawanya merupakan rahmat bagi seluruh alam. Semoga bermanfaat. Aamiiin ya rabbal’alamin.
Artikel ini diterbitkan pada Bulletin Al-Irsyad Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018. Silahkan Download di sini: PEMBELAAN ALLAH TERHADAP TIGA TUDUHAN MUNGKAR KAFIR QURAISY ATAS KERASULAN MUHAMMAD SAW
0 Comments