Dakwah Praktis dan Dakwah Teoretis - Icol Dianto

Featured Post

TUGAS MATA KULIAH METODE PENELITIAN KOMUNIKASI DAN DAKWAH

TUGAS MATA KULIAH METODE PENELITIAN KOMUNIKASI DAN DAKWAH 1.     Membuat proposal tesis. Tugas mata kuliah ini adalah menulis proposa...

Dakwah Praktis dan Dakwah Teoretis

Share This

Dakwah Praktis dan Dakwah Teoretis

Dakwah praktis dapat dipahami bahwa dakwah merupakan aktivitas keagamaan. Aktivitas keagamaan yang dapat berbentuk 'Amal sholeh. Tidak heran bagi akademisi yang keahliannya di luar Ilmu Dakwah, salah dalam memahami Ilmu Dakwah. Dakwah praktis identik dengan tabligh dan ceramah. Saya mengategorikan dakwah praktis ini sebagai dakwah konvensional. Dakwah praktis memiliki unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Dalam buku daras Ilmu Dakwah, ini diistilahkan dengan unsur-unsur dakwah, yaitu Da'i, Mad'u, Materi, Metode, Media, dan Dampak. 

Unsur-unsur dakwah ini yang paling dominan dalam buku-buku referensi Ilmu Dakwah. Akibatnya, pakar yang di luar Dakwah Studies itu, ketika mereka ingin memahami Ilmu Dakwah dari buku-buku referensi Ilmu Dakwah, mereka dengan gegabah menyatakan bahwa Dakwah hanyalah sebatas seni dan praktik untuk menyampaikan ajaran agama. Anehnya lagi, dalam kajian Filsafat Dakwah, yang menonjol juga kajian tentang hakikat dari unsur-unsur dakwah tersebut. Sebut saja, dosen pengampu Filsafat Dakwah biasanya akan mengkaji bagaimana hakikat Da'i, bagaimana hakikat mad'u, bagaimana hakikat materi, bagaimana hakikat metode, bagaimana hakikat media, dan bagaimana hakikat tujuan (berkaitan dengan dampak). 

Tidak salah sih, apa yang sudah dikaji itu secara filsafat. Namun, perlu kita tinjau ulang, bukankah itu hanyalah repetisi (pengulangan) belaka? Kadang, dalam pembahasan mata kuliah ilmu dakwah, sebut saja unsur Da'i, penyaji juga mengkajinya secara mendalam, sampai pada pembahasan hakikat da'i. Namun, menurut hemat saya, Filsafat Dakwah itu diarahkan untuk mengkaji Dakwah dengan pendekatan filsafat ilmu. Jika demikian, mereka akan mengkaji ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Pada sisi lain, akademisi yang mendedikasikan dirinya pada Dakwah studies mengalami kewalahan juga untuk menyusun Dakwah teoretis. Dakwah teoretis ini tentunya dakwah yang sudah terhimpun dalam bentuk pengetahuan-pengetahuan yang sistematis dan metodologis. Inilah nantinya yang akan memperkuat teori-teori Dakwah. Pada akhirnya, tersusunlah Ilmu Dakwah yang sudah melalui kajian yang sistematis dan metodologis. 

Ilmu Dakwah yang sudah ada selama 50 tahun lebih sejak berdirinya Jurusan Dakwah di Indonesia ini, mestilah disusun ulang dan diuji melalui penelitian-penelitian empiris. Kita dapat mengarahkan mahasiswa S1, S2, dan S3 untuk menggunakan teori-teori Dakwah dan mengkombinasikannya dengan disiplin ilmu lain. Dengan begitu, budaya akademis yang kritis akan terbentuk di internal akademisi Dakwah itu sendiri. Kita jangan alergi dengan kritikan akademis, ketika skripsi, tesis, dan disertasi kita digugat oleh pakar lain atau sesama kita akademisi dakwah. Itu adalah salah satu budaya akademis yang sudah mapan, yaitu terbina sarjana-sarjana yang kritis. Dengan begitu, Ilmu Dakwah akan lebih luwes dan dinamis untuk beragam masalah.


No comments:

Post a Comment