Keabsahan Data Penelitian Kualitatif - Icol Dianto

Featured Post

TUGAS MATA KULIAH METODE PENELITIAN KOMUNIKASI DAN DAKWAH

TUGAS MATA KULIAH METODE PENELITIAN KOMUNIKASI DAN DAKWAH 1.     Membuat proposal tesis. Tugas mata kuliah ini adalah menulis proposa...

Keabsahan Data Penelitian Kualitatif

Share This

Keabsahan Data Penelitian Kualitatif

 

Penulis: Dr. Icol Dianto, S.Sos.I., M.Kom.I

Dosen tetap Prodi Pengembangan Masyarakat Islam

Pegiat dan akademisi Dakwah Studies

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SYAHADA Padangsidimpuan

Email: icoldianto@uinsyahada.ac.id

 

 

 

 

 

 

Pengalaman saya dalam menguji proposal penelitian mahasiswa, penelitian yang menggunakan metode kualitatif, mahasiswa mencantumkan uji keabsahan data. Uji keabsahan data yang dimaksud adalah untuk melakukan pengujian terhadap data yang telah didapatkan di lapangan.

Lumrah dalam penelitian kuantitatif bahwa ada uji keabsahan data baik validitas maupun reliebilitas data. Dengan bantuan aplikasi, seperti SPSS, uji keabsahan data dapat dilakukan dengan mudah. Peneliti hanya memasukan data sesuai rumus yang sudah tersedia pada aplikasi.

Berbeda dengan itu, penelitian kualitatif tidak menggunakan sofware untuk melakukan uji keabsahan data. Alat uji yang paling tepat dan cermat adalah peneliti sendiri. Peneliti kualitatif dapat menilai dengan keilmuan, keyakinan, dan pengalaman yang dimiliki. Dalam posisi ini, peneliti kualitatif sama dengan hakim dalam memutuskan perkara. Hakim yang hebat itu adalah hakim yang dengan keyakinannya mampu menghasilkan suatu keputusan yang adil. Demikian juga dengan peneliti kualitatif yang dituntut mampu mendeteksi keshohihan data, informasi, keterangan, dan pernyataan yang diberikan oleh informan atau sumber data.

Dalam penelitian dakwah, pada umumnya mahasiswa menggunakan metode kualitatif. Satu hal yang menggelitik saya adalah tentang uji keabsahan data. Biasanya mahasiswa mencantumkan uji keabsahan data itu dengan tidak cara, yaitu memperpanjang masa keterlibatan, meningkatkan kecermatan, dan triangulasi.

Teknik triangulasi sudah tidak asing bagi peneliti, termasuk saya, yang mana teknik triangulasi ini adalah teknik segi tiga. Maksudnya, seorang peneliti dapat menguji kebenaran data yang diberikan oleh informan dengan membandingkan informasi-informasi dari berbagai sumber. Dalam perkembangannya, teknik triangulasi ini sudah dibedakan menjadi empat, yaitu triangulasi metode, sumber data, teori, dan peneliti.

Namun, teknik uji yang dua lainnya, memperpanjang masa keterlibatan dan meningkatkan kecermatan masih dipertanyakan. Logikanya, apa bila peneliti menggunakan observasi sebagai metode pengumpulan datanya maka untuk menguji keabsahan data observasi adalah dengan melakukan observasi ulang (Reobservation). Observasi ulang ini bisa dilakukan berkali-kali (berulang-ulang) sampai peneliti dengan ilmu dan pengalaman yang dimilikinya mengasumsikan secara kuat bahwa data sudah jenuh, mencapai limit akhir.

Jadi, hemat saya bahwa memperpanjang keterlibatan tidak dapat menguji keabsahan data. Akan tetapi, melakukan observasi ulang atau berulang itulah yang tepat. Meskipun diperpanjang waktu keterlibatan bila peneliti tidak paham apa yang akan diobservasi, sepanjang hayatpun mereka terlibat, tetap tidak didapatkan data yang absah. Berbeda dengan reobservasion, kemungkinan untuk mendapatkan data yang absah/shahih, dapat dipercaya lebih memungkinkan.

Ada yang janggal terkadang, kita pembimbing dan penguji tidak cermat dengan apa yang ditulis mahasiswa, terutama dalam metode penelitian ini. Padahal, bagian metode penelitian ini sangat penting, karena dengan metode penelitian itulah rancangan riset itu diungkap. Berdasarkan yang sudah saya temukan dalam proposal skripsi mahasiswa, terutama dalam metode pengumpulan data dan uji keabsahan data, ada yang tidak sinkron.

Mahasiswa mengambil teknik observasi non partisipan untuk metode pengumpulan data. Secara sederhana, tentu non partisipan mengindikasikan bahwa peneliti tidak terlibat secara langsung dengan objek yang diobservasi. Lalu, pertanyaan saya bagaimana cara peneliti untuk melakukan perpanjangan waktu keterlibatan sementara posisi peneliti sebagai non partisipan? Mungkinkah data itu menjadi absah kalau tidak dilakukan observasi ulang? Oleh karena itu, untuk data observasi dapat dilakukan uji keabsahan hanya dengan melakukan observasi ulang.

Demikian juga dengan data wawancara, dapat dilakukan uji keabsahan dengan cara re-interview (wawancara ulang). Saya tidak menjelaskan lagi metode wawancara ini, karena sudah banyak tersebar dalam buku-buku metode penelitian. Namun yang menjadi fokus saya dalam artikel ini adalah bagaimana menguji keabsahan data wawancara, lebih tepatnya dengan melakukan wawancara ulang dengan informan.

Perlu dicatat bahwa, seorang peneliti dalam melakukan re-interview (wawancara ulang), harus memenuhi beberapa kaidah, yaitu: Pertema, wawancara ulang (reinterview) dapat dilakukan untuk menguji keabsahan data penelitian kualitatif apabila informannya sama dengan informan pada wawancara pertama. Kedua, dalam melakukan wawancara ulang (reinterview), peneliti harus memberi rentang waktu. Minimal dua minggu rentangnya, dengan begitu diasumsikan informan kita tidak ingat lagi dengan jawaban yang sudah diberikannya pada interview yang pertama. Ketiga, teknik wawancara harus diubah, kalau pada wawancara pertama kita menggunakan teknik wawancara terbuka dan tidak terstruktur, maka pada wawancara kedua kita harus menggunakan teknik wawancara tertutup dan terstruktur, atau semi terstruktur.

Wawancara yang dilakukan berulang-ulang dengan banyak informan yang berbeda-beda maka itu tidak lagi dinamakan dengan teknik reinterview, tetapi teknik triangulasi. Kita dapat membandingkan informasi yang diberikan oleh informan yang berbeda dan beragam tersebut.

Ini mesti dipahami oleh peneliti sehingga tidak merusak logika penelitian. Bagaimana tidak rancuh jika metode observasinya non partisipan tetapi menguji keabsahan dengan cara memperpanjang waktu keterlibatan. Konon, memang sejak awal si peneliti tidak terlibat (non partisipan). Demikianlah coretan akademis ini, semoga bermanfaat untuk kita semua. Aamiiin.

1 comment:

  1. Absolutely Keren dan akan memperkaya wawasan para peneliti terkhusus mahasiswa.... syukran Katsiroon yaa Doktor Icol....👍👍👍👍👍

    ReplyDelete