Hilangnya Etika Media Massa dan Peluang Komunikasi Islam untuk Pengembangan Industri Media - Icol Dianto

Featured Post

TUGAS MATA KULIAH METODE PENELITIAN KOMUNIKASI DAN DAKWAH

TUGAS MATA KULIAH METODE PENELITIAN KOMUNIKASI DAN DAKWAH 1.     Membuat proposal tesis. Tugas mata kuliah ini adalah menulis proposa...

Hilangnya Etika Media Massa dan Peluang Komunikasi Islam untuk Pengembangan Industri Media

Share This


Penulis:
Dr. Icol Dianto, S.Sos.I., M.Kom.I 

Ketua Program Studi Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam 

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan 

E-mail: icoldianto@uinsyahada.ac.id

Dalam konteks perkembangan media massa dan isu-isu yang terkait dengan komunikasi Islam, sejumlah hal menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Salah satunya adalah hilangnya etika dalam media massa dan potensi yang terbuka lebar bagi komunikasi Islam untuk berkontribusi dalam mengatasi permasalahan ini.

Kasus yang memunculkan polemik seperti karyawan yang diajak Staycation oleh atasannya mencuat dan mencengangkan dunia maya di Indonesia. Kejadian tersebut menjadi contoh yang memprihatinkan tentang hilangnya etika dalam pemberitaan media massa. Korban dalam kasus ini, yang disebut AD, telah melaporkan atasannya ke polisi karena merasa ajakan tersebut merupakan pelecehan. Namun, dalam pemberitaan, terjadi eksploitasi media yang menampilkan gambar-gambar AD dengan tidak pantas dan mengangkat sisi-sisi pribadi yang tidak ada kaitannya dengan masalah utama, yaitu ajakan staycation.

Permasalahan ini memberikan gambaran betapa etika dalam media massa seringkali diabaikan. Dalam analisis kasus AD, terlihat bagaimana media secara berlebihan mengeksploitasi korban dengan menampilkan gambar-gambar yang bertujuan untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat. Pemberitaan yang cenderung sensasional dan vulgar ini melupakan fakta bahwa AD adalah seorang korban yang seharusnya mendapatkan perlindungan, bukan eksploitasi. Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai tanggung jawab media dalam menghormati privasi dan martabat individu.

Di balik pemberitaan sensasional tersebut, terdapat dampak yang lebih dalam, seperti trauma psikologis yang mungkin dialami oleh korban. Media, dalam upaya untuk mendapatkan perhatian, kadang-kadang lupa bahwa korban adalah manusia dengan perasaan dan martabat yang harus dihormati. Sikap ini menunjukkan hilangnya etika dalam memperlakukan kasus-kasus seperti ini.

Fenomena eksploitasi media terhadap kasus-kasus serupa juga terlihat dalam isu-isu asusila dan kriminalitas. Penelitian menunjukkan bahwa pemberitaan yang rinci dan vulgar tentang kasus-kasus tersebut justru memperpanjang periode trauma yang dialami oleh korban, terutama perempuan dan anak-anak. Media seringkali lupa bahwa mereka memiliki tanggung jawab moral dalam menyajikan berita, terutama dalam hal-hal yang sensitif.

Bukan hanya itu, media juga bisa berperan dalam memicu terjadinya tindakan kriminal baru. Tayangan televisi yang mengungkapkan adegan kejahatan secara rinci dapat mempengaruhi perilaku anak-anak yang terpapar tayangan tersebut. Isu ini semakin kompleks dengan perkembangan teknologi digital, di mana anak-anak memiliki akses lebih besar terhadap berbagai jenis konten.

Dalam menghadapi permasalahan ini, komunikasi Islam memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi yang signifikan. Konsep komunikasi Islam menawarkan pendekatan yang lebih holistik, di mana etika dan nilai-nilai Islam menjadi pijakan utama dalam menyampaikan informasi. Prinsip-prinsip seperti Truthfull Propagation dan Social Cohesion yang diajukan oleh Hamid Mowlana dalam komunikasi Islam, mengajarkan pentingnya menyebarkan pesan yang benar dan membangun hubungan sosial yang kokoh.

Prinsip-prinsip ini dapat diaplikasikan dalam praktik jurnalistik Islam. Model ICOLD (Islamic, Charity, Objectivity, Longlife Culture, and Diversity) yang diajukan oleh penulis dapat menjadi landasan bagi jurnalis Muslim dalam menjalankan tugas mereka. Dalam model ini, kebenaran, amal kebaikan, objektivitas, budaya berkelanjutan, dan penghormatan terhadap keberagaman menjadi komponen penting dalam menyajikan berita.

Dalam konteks komunikasi Islam, penting bagi jurnalis Muslim untuk menjaga etika dalam setiap langkah praktik jurnalistik mereka. Dengan mengikuti prinsip-prinsip komunikasi Islam dan model ICOLD, jurnalis Muslim dapat memberikan kontribusi positif dalam menyediakan informasi yang benar, obyektif, dan beretika kepada masyarakat.

Dalam rangka mengatasi masalah hilangnya etika media massa, peran komunikasi Islam sangat penting. Mengembalikan nilai-nilai etika dalam media massa dan menjaga integritas informasi adalah langkah awal dalam membangun media yang lebih bertanggung jawab dan beretika. Dengan demikian, komunikasi Islam memiliki peran yang vital dalam membentuk tatanan media yang lebih baik dan berkontribusi pada penyampaian informasi yang berintegritas.

Artikel ini telah tayang di Laman Website UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

No comments:

Post a Comment